Dua jalan menuju Pengetahuan[1]
Hubungan
Internasional sebagai bidang ilmu tersendiri lahir setelah Perang Dunia I.
Dalam perkembangannya selama lebih dari ¾ abad ini, secara garis besar terdapat
dua pendekatan akademis untuk mempelajarinya yaitu pendekatan tradisionalis dan pendekatan
saintifik.
Pendekatan
tradisionalis menurut Charles A. McClelland, pada waktu itu berkembang pendapat
bahwa studi hubungan internasional menuntut kemampuan intelektusl yang begitu
banyak sehingga hal ini hanya dimungkinkan dilakukan oleh mahasiswa
pascasarjana yang matang dan betul betul terlatih. Terdapat beberapa alasan :
1.Seorang yang mempelajari studi hubungan internasional harus memiliki dasar pengetahuan yang kuat tentang sejarah berbagai negara serta pemahaman atas bahasa di berbagai negara tersebut agar bisa memahami gagasan dan perasaan suatu bangsa.
2. Untuk dapat memperolehnya maka harus memiliki pengalaman minimal menetap atau melakukan penelitian di negara tersebut.
3. Pengetahuan yang mendalam hanya bisa didapat dalam ruang lingkup yang terbatas yaitu menelaah kasus kasus secara seksama dan mendalam, misalnya studi kasus politik luar negeri Indonesia di masa Demokrasi Terpimpin.
1.Seorang yang mempelajari studi hubungan internasional harus memiliki dasar pengetahuan yang kuat tentang sejarah berbagai negara serta pemahaman atas bahasa di berbagai negara tersebut agar bisa memahami gagasan dan perasaan suatu bangsa.
2. Untuk dapat memperolehnya maka harus memiliki pengalaman minimal menetap atau melakukan penelitian di negara tersebut.
3. Pengetahuan yang mendalam hanya bisa didapat dalam ruang lingkup yang terbatas yaitu menelaah kasus kasus secara seksama dan mendalam, misalnya studi kasus politik luar negeri Indonesia di masa Demokrasi Terpimpin.
Ilmuwan
yang menggunakan pendekatan (wisdom
outlook) ini seperti Hans J Morgenthau, Henry Kisinger, atau Hedley Bull
melakukan perenungan atas pengalaman pribadi dan studi sejarah untuk
mendapatkan pengetahuan dalam studi hubungan internasional. Dan hasil studinya
merupakan suatu “pemahaman” yang tidak sepenuhnya ‘intuitif’ tapi lebih
merupakan pemberian makna umum pada suatu fakta khusus. Menurut pendekatan ini
pengetahuan tentang hubungan internasional tidak bisa diperoleh dengan jalan
pintas melainkan diperoleh dengan cara pengalaman praktis dan studi masa lalu
agar pengetahuan tersebut bisa diterapkan ke fakta dan situasi masa kini.
Sementara
pendekatan saintifik didasarkan pada
keyakinan bahwa banyak hal baru dalam perilaku internasional yang perlu
dipelajari dan bahwa bisa melakukan penemuan tentang arus interaksi yang
terjadi dalam hubungan internasional dan ini merupakan yang esensi dalam studi
hubungan internasional itu sendiri. Ilmuwan hanya bertugas menemukan pola pola
pengulangan dan perilaku internasional untuk diramalkan tentang apa yang
mungkin terjadi dalam hubungan internasional. Prosesnya hampir sama dengan meteorologi.
Di mana ahli cuaca meramalkan keadaan cuaca di suatu tempat dengan menggunakan
suatu alat dan bisa jadi ramalan cuaca benar bisa jadi tidak benar. Tapi yang
terpenting proses ini tidak memberikan kepastian terhadap suatu fenomena
melainkan hanya sebuah kemungkinan agar bisa sedia payung sebelum hujan. Dan
ilmu ini akan selalu berkembang untuk memperbaiki kesalahan kesalahan dalam prediksi
sebelumnya. Dan pendekatan saintifik juga serupa dengan yang dilakukan oleh
ahli cuaca ini.
Pendekatan Saintifik dalam Ilmu
Sosial
Pendekatan
Saintifik dalam Ilmu Sosial merupakan suatu metode analisa yang objektif,
logis, sistematis untuk mendeskripsikan,
menjelaskan dan meramalkan suatu fenomena yang bisa diamati. Berdasarkan definisi
ini dapat diketahui bahwa ciri ciri utama sains yaitu :
1. Sains
: suatu metode analisa, bukan suatu kumpulan pengetahuan. Sains merupakan suatu
aktifitas, proses dan bisa dibedakan dengan hasilnya.
2. Tujuan
akhir sains adalah deksripsi, eksplanasi, prediksi.
3. Fenomena yang bisa diamati
4.Bersifat obejktif, logis dan sistematis
3. Fenomena yang bisa diamati
4.Bersifat obejktif, logis dan sistematis
No comments:
Post a Comment