Pelayanan rumah sakit yang dilakukan oleh salah seorang perawat rumah sakit umum di kota Padang sangatlah tidak memuaskan dan menyenangkan hati
pelanggan. Seorang pasien yang dirawat di ruangan flamboyan embun pagi dibuka
selang infusnya karena ketika pergi ke kamar mandi infus tersebut menyumbarkan
darah dari lengan si pasien, kemudian perawat jaga siang di sana bermaksud
membukanya untuk membersihkan darah yang berceceran keluar dari selang infus,
kemudian si perawat memakaikannya kembali ke lengan si pasien, tapi ternyata si
perawat mungkn belum ahli betul memasang selang infus, jarum
tersebut menyembur entah ke mana, tidak pas pemasangan selang infus dari
jarumnya terpaksalah karena si pasien merasa kesakitan, atas permintaan sementara
selang infus yang ada jarum tersebut dibuka dan tidak dipasang lagi. Semenjak
dibukanya selang infus dari tubuh si pasien dari jam 15.00 hingga magrib, si
pasien mulai merasakan pusing pusing di kepalanya, sudah diadukan kepada perawat
jaga untuk segera memasangkannya kembali dengan baik, namuan respon tak kunjung
datang, alasan perawat yang jaga malam tersebut adalah karena pasien baru
pindah dan untuk memasukkan selang infus harus mendapatkan persetujuan dokter yang jaga
juga, kemudian sekitar pukul 20.00 keluhan dari keluarga si pasien diadukan
kembali untuk segera memasang selang infus
kepada perawat jaga, tapi ternyata ketika ditanyakan baik baik oleh
keluarga si pasien, respon perawat malah tidak menyenangkan, jawaban yang
sangat ketus dilontarkan, bahkan terkesan kasar dan marah marah, bukannya
mendapatkan ketenangan dari si perawat, malah menambah kesakitan tersendiri untuk
segi psikologis si pasien.
Apa ini yang namanya pelayanan dari rumah
sakit ? Bukankah moto yang terpampang di sana adalah “kepuasan anda adalah kepuasan bagi kami”.
Jika perilaku dan pelayanan perawat
rumah sakit ketus dan tidak menyenangkan seperti di atas, apa bisa memberikan
kepuasan dan kenyamanan bagi para pasien?
Ditambah dengan harus mengikuti prosedur prosedur yang rumit seperti di
atas, analogi sederhananya seperti ini, ketika ada yang sekarat, namun karena
harus mengikuti prosedur menunggu ini dan itu, apakah jiwa yang sekarat yang
seharusnya mendapatkan pertolongan lebih awal dan lebih cepat itu harus menjadi
korban? Ini yang tidak didahulukan dan didapatkan dari pelayanan rumah sakit
umum tersebut. Belum lagi ketika ada pasien yang berobat atau masuk rumah sakit
dengan menggunakan kartu Askes, Jamkesmas atau apapun namanya selalu dijadikan
pasien kesekian untuk dilayani. Sementara pasien yang berobat secara umum
mendapatkan pelayanan yang pertama. Pengkotak kotakkan seperti ini jelas tidak
berperikemanusiaan karena setiap orang yang datang ke rumah sakit menggunakan
apapun dia berhak mendapatkan pertolongan dan pelayanan kesehatan. Toh yang
menggunakan kartu Askes dan Jamkesmaspun juga dibayar kan?
“terinspirasi
dari keluhan sebagian masyarakat”
No comments:
Post a Comment