Tuesday, April 24, 2012

Dari mereka yang berpengalaman


Pelayanan rumah sakit yang dilakukan oleh  salah seorang perawat  rumah sakit umum di kota Padang sangatlah  tidak memuaskan dan menyenangkan hati pelanggan. Seorang pasien yang dirawat di ruangan flamboyan embun pagi dibuka selang infusnya karena ketika pergi ke kamar mandi infus tersebut menyumbarkan darah dari lengan si pasien, kemudian perawat jaga siang di sana bermaksud membukanya untuk membersihkan darah yang berceceran keluar dari selang infus, kemudian si perawat memakaikannya kembali ke lengan si pasien, tapi ternyata si perawat  mungkn  belum ahli betul memasang selang infus, jarum tersebut menyembur entah ke mana, tidak pas pemasangan selang infus dari jarumnya terpaksalah karena si pasien merasa kesakitan, atas permintaan sementara selang infus yang ada jarum tersebut dibuka dan tidak dipasang lagi. Semenjak dibukanya selang infus dari tubuh si pasien dari jam 15.00 hingga magrib, si pasien mulai merasakan pusing pusing di kepalanya, sudah diadukan kepada perawat jaga untuk segera memasangkannya kembali dengan baik, namuan respon tak kunjung datang, alasan perawat yang jaga malam tersebut adalah karena pasien baru pindah dan untuk memasukkan selang infus  harus mendapatkan persetujuan dokter yang jaga juga, kemudian sekitar pukul 20.00 keluhan dari keluarga si pasien diadukan kembali untuk segera memasang selang infus  kepada perawat jaga, tapi ternyata ketika ditanyakan baik baik oleh keluarga si pasien, respon perawat malah tidak menyenangkan, jawaban yang sangat ketus dilontarkan, bahkan terkesan kasar dan marah marah, bukannya mendapatkan ketenangan dari si perawat, malah menambah kesakitan tersendiri untuk segi psikologis si pasien.
Apa ini yang namanya pelayanan dari  rumah  sakit ? Bukankah moto yang terpampang di sana adalah “kepuasan anda adalah kepuasan bagi kami”.  Jika perilaku dan pelayanan perawat rumah sakit ketus dan tidak menyenangkan seperti di atas, apa bisa memberikan kepuasan dan kenyamanan bagi para pasien?  Ditambah dengan harus mengikuti prosedur prosedur yang rumit seperti di atas, analogi sederhananya seperti ini, ketika ada yang sekarat, namun karena harus mengikuti prosedur menunggu ini dan itu, apakah jiwa yang sekarat yang seharusnya mendapatkan pertolongan lebih awal dan lebih cepat itu harus menjadi korban? Ini yang tidak didahulukan dan didapatkan dari pelayanan rumah sakit umum tersebut. Belum lagi ketika ada pasien yang berobat atau masuk rumah sakit dengan menggunakan kartu Askes, Jamkesmas atau apapun namanya selalu dijadikan pasien kesekian untuk dilayani. Sementara pasien yang berobat secara umum mendapatkan pelayanan yang pertama. Pengkotak kotakkan seperti ini jelas tidak berperikemanusiaan karena setiap orang yang datang ke rumah sakit menggunakan apapun dia berhak mendapatkan pertolongan dan pelayanan kesehatan. Toh yang menggunakan kartu Askes dan Jamkesmaspun juga dibayar kan?
“terinspirasi dari keluhan sebagian masyarakat”



No comments:

Post a Comment