Thursday, August 9, 2012

Masalah Klasik dan Ujian Akhir


Masalah Klasik dan Ujian Akhir
Baru merefreshingkan diri sehabis UAS (Ujian Akhir Sekolah) selama 5 hari, selang beberapa hari ke depan siswa dan siswi SMP kelas tiga harus menghadapi ujian baru lagi yaitu (UAN) Ujian Akhir Nasional.Baik UAS maupun UAN sama sama menjadi prasyarat kelulusan untuk menuju tingkat sekolah yang lebih tinggi lagi.Hari itu di dalam sebuah ruangan ujian,para peserta ujian dengan perasaan yang serba serbi memulai membuka lembaran soal serta mempersiapkan segala alat tulis yang dibutuhkan untuk persiapan ujian.Perasaan warna warni menghampiri setiap diri peserta ujian.Bagi yang belajarnya sudah cukup sebagai bekal mungkin tidak lebih deg deggan dibandingkan teman teman mereka yang hanya mengharapkan kunci jawaban atau kerjasama dari teman teman sekelas.Terlebih lagi yang sangat membuat tegang adalah pengawas ujiannya bukanlah guru yang mengajar di sekolah bersangkungtan,apalagi ditambah dengan model soal yang berbeda beda letak nomornya,kalau istilah yang digunakan sekarang soal ujiannya ada lima paket,namun dasarnya soal antara satu peserta dengan peserta lain tetap sama hanya nomornya saja yang ditukar tukar atau urutan nomor soal tersebut terbagi atas lima macam soal yang disusun berbeda.
Saat mengisi biodata belum dirasakan sebuah kecemasan dan kesulitan dalam pengisian lembar jawaban.Sistematisnya, dalam mengerjakan soal ujian hendaklah lebih dulu mengerjakan soal yang dirasa mudah agar tidak kehabisan waktu.Saat soal soal yang dirasa mudah telah selesai dikerjakan.Ketika mulai melirik soal yang dirasa sangat sulit muncul sebuah keinginan bekerjasama dengan teman sebelah,tapi pertanyaanya kan soalnya berbeda beda?Pertanyaan ini bisa dijawab dengan mudah dan aplikatif bagi peserta ujian,”tinggal mencocokkan saja nomornya”,”lho nanti kan ketahuan sama pengawas”?Bisa bisa ga ikut ujian dan ga lulus nanti?Padahal nilai dari UAN ini diambil sekitar 60% dari totalnya,sementara yang 40% merupakan penilaian dari semester 1 sampai semester akhir sekolah.Namun ternyata,apa yang dibayangkan tidak sesuai dengan kenyataan,bu guru pengawas seakan akan memberikan izin kepada siswa dan siswi yang sedang ikut ujian secara legal dengan sebuah syarat,setiap peserta ujian diharapkan untuk menjaga ketertiban dan tidak menimbulkan suara yang berisik sampai keluar,cukup di dalam kelas ini saja.
Ilustrasi di atas sebuah gambaran sederhana yang nyata dari situasi saat UAN lalu dari beberapa buah sekolah di Padang ini,apa yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan.Niat pemerintah yang dasarnya baik yaitu ingin melahirkan generasi muda yang cerdas dan memiliki kompetensi ternyata disalah artikan oleh yang menjalankan sistem.Sebuah aturan dibuat pada dasarnya bukanlah untuk dilanggar.Dan sebuah keputusan dibuat tidak hanya diambil dan ditetapkan begitu saja,banyak pertimbangan pertimbangan matang yang telah dipikirkan oleh pelaku pemerintah untuk menghasilkan sebuah keputusan itu agar bisa menjadi manfaat bagi masyarakat.Terlebih keputusan itu adalah untuk generasi muda yang kedepannya akan menjadi pilar pembangun bangsa ini.
Dari tahun ke tahun masalah  tentang bekerja sama dan mencari kunci jawaban untuk Ujian Akhir Nasional merupakan sebuah masalah klasik yang sepertinya sangat sulit untuk diatasi.Sehingga pemerintah mulai merubah sistem Ujian Nasional itu sendiri,jika dibandingkan antara tahun ini dengan lebih kurang dengan lima tahun yang lalu,dari segi soal,anatara satu peserta dengan peserta lainnya masih bisa mendapatkan soal yang sama (satu paket),kemudian dari segi pengawas,pengawasnya tetaplah guru di sekolah yang bersangkutan.Namun saat ini,di satu sisi ada sebuah kemajuan yang lebih baik yaitu lebih mengketatkan sistem Ujian Nasional dengan cara,membuat soal sebanyak lima paket  seperti ilustrasi di atas,dan dari pengawasnya bukanlah guru yang mengajar di sekolah berasangkutan.Namun dengan sistem yang sudah diperketat  seperti ini ternyata masih ada saja luang untuk bekerja sama antara peserta ujian karena pengawasnyalah yang mengizinkan.
Ironi memang,melihat yang terjadi di lapangan,tidak semua yang menjalankan sistem bisa menjalankan apa yang di dalam sistem itu dengan baik.Jika hanya mengandalkan pemerintah tanpa adanya dukungan dari orang orang yang menjalankannya secara langsung maka sia sia rasanya peraturan itu dibuat khususnya Ujian Akhir Nasional dilaksanakan, yang ada hanyalah menciptakan budaya bagi anak bangsa ini untuk tidak percaya diri dan menjadi pemalas bahkan selalu bergantung kepada yang lain.Padahal merekalah para pemuda yang menjadi generasi penerus di masa depan.Dan yang lebih penting lagi ketika dari kecil sudah terbiasa untuk melakukan hal tersebut maka akan terbawa terus sampai ke jenjang pendidikan yang lebih  tinggi.Karena sebuah kebiasaan akan sulit untuk mengubahnya.Wajar jika bangsa ini selalu tertinggal dengan bangsa maju lainnya.
Dan yang paling terpenting kalau memang Ujian Akhir Nasional tiada dirasa manfaatnya bahkan jika ditimbang timbang lebih banyak menimbulkan kecurangan baik secara diam diam ataupun terang teranggan,lebih baik Ujian Akhir Nasioanal  dihapuskan.Karena kecurangan merupakan awal dari timbulnya sebuah mental yang korup.Wallahualam.
Dewy Sartieka
Mhs S1 Hubungan Internasional,
Universitas Andalas Padang


  

No comments:

Post a Comment