Masalah Klasik dan Ujian Akhir
Baru
merefreshingkan diri sehabis UAS (Ujian Akhir Sekolah) selama 5 hari, selang beberapa
hari ke depan siswa dan siswi SMP kelas tiga harus menghadapi ujian baru lagi
yaitu (UAN) Ujian Akhir Nasional.Baik UAS maupun UAN sama sama menjadi
prasyarat kelulusan untuk menuju tingkat sekolah yang lebih tinggi lagi.Hari
itu di dalam sebuah ruangan ujian,para peserta ujian dengan perasaan yang serba
serbi memulai membuka lembaran soal serta mempersiapkan segala alat tulis yang
dibutuhkan untuk persiapan ujian.Perasaan warna warni menghampiri setiap diri
peserta ujian.Bagi yang belajarnya sudah cukup sebagai bekal mungkin tidak
lebih deg deggan dibandingkan teman teman mereka yang hanya mengharapkan kunci
jawaban atau kerjasama dari teman teman sekelas.Terlebih lagi yang sangat
membuat tegang adalah pengawas ujiannya bukanlah guru yang mengajar di sekolah
bersangkungtan,apalagi ditambah dengan model soal yang berbeda beda letak
nomornya,kalau istilah yang digunakan sekarang soal ujiannya ada lima
paket,namun dasarnya soal antara satu peserta dengan peserta lain tetap sama
hanya nomornya saja yang ditukar tukar atau urutan nomor soal tersebut terbagi
atas lima macam soal yang disusun berbeda.
Saat
mengisi biodata belum dirasakan sebuah kecemasan dan kesulitan dalam pengisian
lembar jawaban.Sistematisnya, dalam mengerjakan soal ujian hendaklah lebih dulu
mengerjakan soal yang dirasa mudah agar tidak kehabisan waktu.Saat soal soal
yang dirasa mudah telah selesai dikerjakan.Ketika mulai melirik soal yang
dirasa sangat sulit muncul sebuah keinginan bekerjasama dengan teman
sebelah,tapi pertanyaanya kan soalnya berbeda beda?Pertanyaan ini bisa dijawab
dengan mudah dan aplikatif bagi peserta ujian,”tinggal mencocokkan saja
nomornya”,”lho nanti kan ketahuan sama pengawas”?Bisa bisa ga ikut ujian dan ga
lulus nanti?Padahal nilai dari UAN ini diambil sekitar 60% dari totalnya,sementara
yang 40% merupakan penilaian dari semester 1 sampai semester akhir sekolah.Namun
ternyata,apa yang dibayangkan tidak sesuai dengan kenyataan,bu guru pengawas
seakan akan memberikan izin kepada siswa dan siswi yang sedang ikut ujian secara
legal dengan sebuah syarat,setiap peserta ujian diharapkan untuk menjaga
ketertiban dan tidak menimbulkan suara yang berisik sampai keluar,cukup di
dalam kelas ini saja.
Ilustrasi
di atas sebuah gambaran sederhana yang nyata dari situasi saat UAN lalu dari
beberapa buah sekolah di Padang ini,apa yang diharapkan tidak sesuai dengan
kenyataan.Niat pemerintah yang dasarnya baik yaitu ingin melahirkan generasi
muda yang cerdas dan memiliki kompetensi ternyata disalah artikan oleh yang
menjalankan sistem.Sebuah aturan dibuat pada dasarnya bukanlah untuk dilanggar.Dan
sebuah keputusan dibuat tidak hanya diambil dan ditetapkan begitu saja,banyak
pertimbangan pertimbangan matang yang telah dipikirkan oleh pelaku pemerintah
untuk menghasilkan sebuah keputusan itu agar bisa menjadi manfaat bagi
masyarakat.Terlebih keputusan itu adalah untuk generasi muda yang kedepannya
akan menjadi pilar pembangun bangsa ini.
Dari
tahun ke tahun masalah tentang bekerja
sama dan mencari kunci jawaban untuk Ujian Akhir Nasional merupakan sebuah
masalah klasik yang sepertinya sangat sulit untuk diatasi.Sehingga pemerintah
mulai merubah sistem Ujian Nasional itu sendiri,jika dibandingkan antara tahun
ini dengan lebih kurang dengan lima tahun yang lalu,dari segi soal,anatara satu
peserta dengan peserta lainnya masih bisa mendapatkan soal yang sama (satu
paket),kemudian dari segi pengawas,pengawasnya tetaplah guru di sekolah yang
bersangkutan.Namun saat ini,di satu sisi ada sebuah kemajuan yang lebih baik
yaitu lebih mengketatkan sistem Ujian Nasional dengan cara,membuat soal
sebanyak lima paket seperti ilustrasi di
atas,dan dari pengawasnya bukanlah guru yang mengajar di sekolah berasangkutan.Namun
dengan sistem yang sudah diperketat
seperti ini ternyata masih ada saja luang untuk bekerja sama antara
peserta ujian karena pengawasnyalah yang mengizinkan.
Ironi
memang,melihat yang terjadi di lapangan,tidak semua yang menjalankan sistem
bisa menjalankan apa yang di dalam sistem itu dengan baik.Jika hanya mengandalkan
pemerintah tanpa adanya dukungan dari orang orang yang menjalankannya secara
langsung maka sia sia rasanya peraturan itu dibuat khususnya Ujian Akhir
Nasional dilaksanakan, yang ada hanyalah menciptakan budaya bagi anak bangsa ini
untuk tidak percaya diri dan menjadi pemalas bahkan selalu bergantung kepada
yang lain.Padahal merekalah para pemuda yang menjadi generasi penerus di masa
depan.Dan yang lebih penting lagi ketika dari kecil sudah terbiasa untuk
melakukan hal tersebut maka akan terbawa terus sampai ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi.Karena sebuah
kebiasaan akan sulit untuk mengubahnya.Wajar jika bangsa ini selalu tertinggal
dengan bangsa maju lainnya.
Dan
yang paling terpenting kalau memang Ujian Akhir Nasional tiada dirasa
manfaatnya bahkan jika ditimbang timbang lebih banyak menimbulkan kecurangan
baik secara diam diam ataupun terang teranggan,lebih baik Ujian Akhir Nasioanal dihapuskan.Karena kecurangan merupakan awal
dari timbulnya sebuah mental yang korup.Wallahualam.
Dewy Sartieka
Mhs S1 Hubungan Internasional,
Universitas Andalas Padang
No comments:
Post a Comment