Sunday, September 17, 2017

Daun Pucuk Ubi - Daun Singkong




One mouth. Two ears.
Means that we supposed to be a good listener than only being a much talker.

Me : Dari Padang ke Jakarta bawa oleh olehnya daun singkong ? Di Jakarta kan ada banyak ? Kenapa nenek pengennya yang dari Padang ?

Nenek Devin : Dari Padang itu, daun singkongnya manis manis. Kecil kecil. Kalau yang ada di sini tegang-tegang. Ga manis. Agak pahit. Tua.

Nenek Devin: Daun singkong (pucuk ubi), enak dimasak gulai. Buat gulai pun kalau mau kental banyakin santennya. Tapi santen yang ga pake kemiri ya.
Bahkan kalau di sini karena daun pucuk ubinya agak keras ada beberapa yang pake "pelembut tulang". Maksa gitu supaya pucuk ubinya lembut.

Me : Kalau pake maksa gitu ga enak donk nek. Terus emang ada santen yang pake kemiri ?

Nenek Devin : Iya ga enak. Ga bagus lagi.
Kalau beli bumbu gulai di pasar tradisional, ada beberapa pedagang yang nyediain bumbunya dicampur sama kemiri. Bumbu gulai pake kemiri itu kalau dimasak, rasa kemirinya berasa di tenggorokan.
Ga nikmat makannya.
Kebanyakan kenapa ada yang masak gulai campur kemiri ? Supaya kuah gulainya kental dan hemat dalam pemakaian kelapa.
Tapi kalau nenek ga suka pake kemiri.

Tante Linda : Beli daun pucuk ubi satu ikatnya Rp.2000 di Pasar Alai Padang. Kalau di Pasar Raya Padang Rp.6000.

Mama : Kalau gitu beli aja bibitnya yang ada di Padang tanam di sini.

Nenek Devin : Bukan karena bibitnya tapi karena tanahnya. Tanah yang ada di Padang masih subur subur. Tanah yang ada di Jakarta sudah banyak dibuat untuk pembangunan. Jadi kalau nanam daun singkong di sini hasilnya ya gitu...meski bibitnya bagus tapi tanahnya ga bagus hasilnya ga sempurna.

Kesimpulan
🍃Bibit tanaman dan tanah merupakan satu kesatuan yang tidak bisa terpisahkan jika hasilnya ingin sempurna.

🍃Gulai pucuk ubi merupakan salah satu gulai favorit orang Minang.

🍃Daun pucuk ubi dari Padang lebih enak untuk dimakan.